Sosialisasi
merupakan proses transmisi kebudayaan antargenerasi, karena tanpa
sosialisasi masyarakat tidak dapat bertahan melebihi satu generasi.
Syarat terjadinya proses sosialisasi adalah interaksi sosial, karena
tanpa interaksi proses sosialisasi tidak mungkin berlangsung. Proses
sosialisasi individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan nilai
yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.
Individu merupakan
makhluk biologis yang memerlukan kebutuhan biologis seperti makan
bila lapar, minum bila haus, dan bereaksi terhadap rangsang tertentu
seperti panas, dingin, lain sebagainya. Setelah berinteraksi dengan
individu lain yang berada disekitarnya, atau dengan kata lain,
setelah mengalami proses sosialisasi barulah individu tadi dapat
berkembang menjadi makhluk sosial.
Individu dapat
menjadi makhluk sosial dipengaruhi oleh faktor keturunan (heredity)
atau alam (nature) dan faktor lingkungan (environment) atau asuhan
(mature). Kedua faktor ini sama pentingnya dan saling melengkapi satu
sama lain.
Agen sosialisasi
merupakan significant others (orang yang paling dekat) dengan
individu, seperti orang tua, kakak-adik, saudara, teman sebaya, guru
atau instruktur, dan lain sebagainya.
Menurut tahapannya
sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yakni:
- Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil (membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum)
- Sosialisasi sekunder, sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.
Dalam sosialisasi
sekunder biasanya terdapat agen sosialisasi di luar keluarga yang
menanamkan nilai-nilai yang berbeda dengan nilai yang ada dalam
keluarga, bahkan kadang bertentangan. Situasi tersebut biasanya
mengakibatkan proses yang disebut desosialisasi (proses pencabutan
diri) yang disusul dengan resosialisasi (diri yang baru).
Desosialisasi dan resosialisasi sering dikaitkan dengan proses yang
dinamakan institusi sosial.
Bentuk sosialisasi
sekunder lainnya adalah anticipatory socialization yang mempersiapkan
seseorang untuk peranan yang baru. Sosialisasi ini mendahului
perubahan status dari suatu kelompok ke kelompok lain, dan hal ini
juga dialami seseorangketika ia akan memasuki kelompok acuannya
(reference group).
Sosialisasi
sebagai suatu proses
Charles
Horton Cooley memperkenalkan konsep “looking glass self”, dimana
senantiasa dalam individu terjadi suatu proses yang ditandai dengan:
- Persepsi
- Interpretasi
- Respons
Berbeda dengan
Cooley, Herbert Mead berpendapat bahwa orang yang memiliki ‘self’
dijumpai pada penguasa bahasanya. Kemampuan untuk menganggap diri
sebagai objek dan subjek secara sekaligus ini diperoleh dalam tahap:
- Play stage (anak mengembangkan kemampuannya sendiri)
- Game stage (anak harus mengetahui posisinya dalam konteks yang lebih luas dan memberikan tanggapan terhadap harapan orang lain)
Mead mengemukakan
gagasan bahwa SELF (diri) mempunyai dua komponen, yaitu I (faktor
yang khas), dan ME (tanggapan pada konvensi sosial).
- Generalized others
Sosialisasi
pengalaman sepanjang hidup
George
Ritzer membagi siklus kehidupan manusia menjadi empat tahap, yaitu:
- Masa kanak-kanak
Kewajiban orang tua
pada tahap ini adalah membentuk kepribadian anak-anaknya. Proses
sosialisasi pada tahap ini digambarkan melalui kerangka A-G-I-L
(Adaptation, Goal Attainment, Integration dan Latten Pattern) yang
diperkenalkan oleh talcott parsons.
- Masa Remaja
Merupakan masa
transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
- Masa dewasa
Sosialisasi dimana
individu mempelajari norma, nilai, dan peranan yang baru di
lingkungan sosialisasi yang baru. Sosialisasi dalam tahap ini
memotivasi individu untuk bekerja, mencari pasangan hidupnya dalam
perkawinan dan mempunyai anak sebagaimana layaknya orang dewasa.
- Masa tua dan menuju kematian
Ketika seseorang
berada di usia lanjut, mereka diperlakukan seperti anak kecil sampai
akhirnya seorang individu yang sangat tua diperlakukan sebagai
non-person seperti anak kecil yang seolah-olah mereka tidak ada.
Tahap yang paling
akhir dalam siklus kehidupan manusia adalah kematian yang biasanya
dilakukan secara tidak sadar seperti menghadiri pemakaman, karena apa
yang terjadi di pemakaman sedikit banyak memberikan nilai-nilai baru
yang akan menjadi bagian dari diri seseorang.
Sosialisasi
peran menurut jenis kelamin (gender-role socialization)
Orang tua dalam
membedakan perlakuannya terhadap anak laki-laki dan anak perempuan
dapat dijelaskan melalui tiga teori (Maccoby dan Jacklin dalam
Scanzoni):
- Teori imitasi
Mengenai
identifikasi awal anak terhadap anggota keluarga yang jenis
kelaminnya sama dengannya
- Self-socialization
Mengembangkan konsep
tentang dirinya dan mengembangkan suatu pengertian tentang apa yang
harus dilakukan bagi jenis kelamin yang bersangkutan.
- Teori reinforcement
Menekankan sanksi
berupa hukuman atau penghargaan agar anak bertingkahlaku sesuai jenis
kelaminnya.
Pengaruh
perbedaan kelas sosial terhadap sosialisasi anak dalam keluarga
Pola sosialisasi
dalam keluarga menurut Bronfenbrenner dan Melvin Kohn:
- Sosialisasi dengan cara represif (repressive socialization)
Menekankan pada
ketaatan, adanya sanksi berupa hukuman untuk perilaku yang salah dan
penghargaan untuk perilaku yang baik.
- Sosialisasi dengan cara partisipasi (participatory socialization)
Orang tua
memperhatikan keperluan sang anak.
Ada juga pola
sosialisasi yang digunakan oleh orang tua dalam menanamkan disiplin
pada anak-anaknya (Elizabeth B Hurlock):
- Otoriter
Orang tua memiliki
kaidah dan peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya.
- Demokrasi
Orang tua yang
demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol
dari dalam diri anak sendiri.
- Permisif
Orang tua bersikap
membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak, dan tidak
pernah memberikan hukuman kepada anak.
Beberapa faktor yang
menyebabkan orang tua memilih menggunakan pola tertentu:
- Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang tua mereka
- Menyamakan pola sosialisasi yang dianggap paling baik oleh masyarakat disekitarnya
- Usia dari orang tua
- Kursus-kursus
- Jenis kelamin orang tua
- Status sosial ekonomi
- Konsep peranan orang tua
- Jenis kelamin anak
- Usia anak
- Kondisi anak
Empat
aspek terkait yang perlu diperhatikan agar tujuan pendidikan untuk
penanaman nilai-nilai dalamm proses sosialisasi tercapai, yakni:
- Peraturan
Tujuannya untuk
membekali anak melalui suatu pedoman bertingkahlaku benar.
- Hukuman
Tiga peranan penting
hukuman adalah:
- Bersifat membatasi
- Sebagai pendidikan
- Sebagai motivasi
- Hadiah atau penghargaan
Dua peranan penting
adanya suatau hadiah:
- Mendapat pendidikan yang berharga dimana anak akan mengetahui yang dilakukan itu benar
- Memberikan motivasi untuk mengulangi tingkah laku yang benar di kemudian hari
- Konsistensi
Hal ini berarti
derajat kesamaan atau kestabilan akan aturan-aturan, sehingga anak
tidak akan bingung tentang apa yang diharapkan dari mereka. Bila
tidak ada konsistensi maka nilai dari hukuman maupun sanksi, maka
nilai dari hukuman serta hadiah dan aturan tersebut akan hilang.
Jadi,
yang paling penting dari keempat faktor diasat adalah konsistensi,
karena segala sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
konsisten akan menjadi pedoman atau aturan.