Sabtu, 22 Desember 2012

PROSES SOSIALISASI


Sosialisasi merupakan proses transmisi kebudayaan antargenerasi, karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak dapat bertahan melebihi satu generasi. Syarat terjadinya proses sosialisasi adalah interaksi sosial, karena tanpa interaksi proses sosialisasi tidak mungkin berlangsung. Proses sosialisasi individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.
Individu merupakan makhluk biologis yang memerlukan kebutuhan biologis seperti makan bila lapar, minum bila haus, dan bereaksi terhadap rangsang tertentu seperti panas, dingin, lain sebagainya. Setelah berinteraksi dengan individu lain yang berada disekitarnya, atau dengan kata lain, setelah mengalami proses sosialisasi barulah individu tadi dapat berkembang menjadi makhluk sosial.
Individu dapat menjadi makhluk sosial dipengaruhi oleh faktor keturunan (heredity) atau alam (nature) dan faktor lingkungan (environment) atau asuhan (mature). Kedua faktor ini sama pentingnya dan saling melengkapi satu sama lain.
Agen sosialisasi merupakan significant others (orang yang paling dekat) dengan individu, seperti orang tua, kakak-adik, saudara, teman sebaya, guru atau instruktur, dan lain sebagainya.
Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yakni:
  1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil (membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum)
  2. Sosialisasi sekunder, sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.
Dalam sosialisasi sekunder biasanya terdapat agen sosialisasi di luar keluarga yang menanamkan nilai-nilai yang berbeda dengan nilai yang ada dalam keluarga, bahkan kadang bertentangan. Situasi tersebut biasanya mengakibatkan proses yang disebut desosialisasi (proses pencabutan diri) yang disusul dengan resosialisasi (diri yang baru). Desosialisasi dan resosialisasi sering dikaitkan dengan proses yang dinamakan institusi sosial.
Bentuk sosialisasi sekunder lainnya adalah anticipatory socialization yang mempersiapkan seseorang untuk peranan yang baru. Sosialisasi ini mendahului perubahan status dari suatu kelompok ke kelompok lain, dan hal ini juga dialami seseorangketika ia akan memasuki kelompok acuannya (reference group).
Sosialisasi sebagai suatu proses
Charles Horton Cooley memperkenalkan konsep “looking glass self”, dimana senantiasa dalam individu terjadi suatu proses yang ditandai dengan:
  1. Persepsi
  2. Interpretasi
  3. Respons
Berbeda dengan Cooley, Herbert Mead berpendapat bahwa orang yang memiliki ‘self’ dijumpai pada penguasa bahasanya. Kemampuan untuk menganggap diri sebagai objek dan subjek secara sekaligus ini diperoleh dalam tahap:
  1. Play stage (anak mengembangkan kemampuannya sendiri)
  2. Game stage (anak harus mengetahui posisinya dalam konteks yang lebih luas dan memberikan tanggapan terhadap harapan orang lain)
Mead mengemukakan gagasan bahwa SELF (diri) mempunyai dua komponen, yaitu I (faktor yang khas), dan ME (tanggapan pada konvensi sosial).
  1. Generalized others
Sosialisasi pengalaman sepanjang hidup
George Ritzer membagi siklus kehidupan manusia menjadi empat tahap, yaitu:
  1. Masa kanak-kanak
Kewajiban orang tua pada tahap ini adalah membentuk kepribadian anak-anaknya. Proses sosialisasi pada tahap ini digambarkan melalui kerangka A-G-I-L (Adaptation, Goal Attainment, Integration dan Latten Pattern) yang diperkenalkan oleh talcott parsons.
  1. Masa Remaja
Merupakan masa transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
  1. Masa dewasa
Sosialisasi dimana individu mempelajari norma, nilai, dan peranan yang baru di lingkungan sosialisasi yang baru. Sosialisasi dalam tahap ini memotivasi individu untuk bekerja, mencari pasangan hidupnya dalam perkawinan dan mempunyai anak sebagaimana layaknya orang dewasa.
  1. Masa tua dan menuju kematian
Ketika seseorang berada di usia lanjut, mereka diperlakukan seperti anak kecil sampai akhirnya seorang individu yang sangat tua diperlakukan sebagai non-person seperti anak kecil yang seolah-olah mereka tidak ada.
Tahap yang paling akhir dalam siklus kehidupan manusia adalah kematian yang biasanya dilakukan secara tidak sadar seperti menghadiri pemakaman, karena apa yang terjadi di pemakaman sedikit banyak memberikan nilai-nilai baru yang akan menjadi bagian dari diri seseorang.


Sosialisasi peran menurut jenis kelamin (gender-role socialization)
Orang tua dalam membedakan perlakuannya terhadap anak laki-laki dan anak perempuan dapat dijelaskan melalui tiga teori (Maccoby dan Jacklin dalam Scanzoni):
  1. Teori imitasi
Mengenai identifikasi awal anak terhadap anggota keluarga yang jenis kelaminnya sama dengannya
  1. Self-socialization
Mengembangkan konsep tentang dirinya dan mengembangkan suatu pengertian tentang apa yang harus dilakukan bagi jenis kelamin yang bersangkutan.
  1. Teori reinforcement
Menekankan sanksi berupa hukuman atau penghargaan agar anak bertingkahlaku sesuai jenis kelaminnya.
Pengaruh perbedaan kelas sosial terhadap sosialisasi anak dalam keluarga
Pola sosialisasi dalam keluarga menurut Bronfenbrenner dan Melvin Kohn:
  1. Sosialisasi dengan cara represif (repressive socialization)
Menekankan pada ketaatan, adanya sanksi berupa hukuman untuk perilaku yang salah dan penghargaan untuk perilaku yang baik.
  1. Sosialisasi dengan cara partisipasi (participatory socialization)
Orang tua memperhatikan keperluan sang anak.
Ada juga pola sosialisasi yang digunakan oleh orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak-anaknya (Elizabeth B Hurlock):
  1. Otoriter
Orang tua memiliki kaidah dan peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya.
  1. Demokrasi
Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri.
  1. Permisif
Orang tua bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak, dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua memilih menggunakan pola tertentu:
  1. Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang tua mereka
  2. Menyamakan pola sosialisasi yang dianggap paling baik oleh masyarakat disekitarnya
  3. Usia dari orang tua
  4. Kursus-kursus
  5. Jenis kelamin orang tua
  6. Status sosial ekonomi
  7. Konsep peranan orang tua
  8. Jenis kelamin anak
  9. Usia anak
  10. Kondisi anak
Empat aspek terkait yang perlu diperhatikan agar tujuan pendidikan untuk penanaman nilai-nilai dalamm proses sosialisasi tercapai, yakni:
  1. Peraturan
Tujuannya untuk membekali anak melalui suatu pedoman bertingkahlaku benar.
  1. Hukuman
Tiga peranan penting hukuman adalah:
  1. Bersifat membatasi
  2. Sebagai pendidikan
  3. Sebagai motivasi
  1. Hadiah atau penghargaan
Dua peranan penting adanya suatau hadiah:
  1. Mendapat pendidikan yang berharga dimana anak akan mengetahui yang dilakukan itu benar
  2. Memberikan motivasi untuk mengulangi tingkah laku yang benar di kemudian hari
  1. Konsistensi
Hal ini berarti derajat kesamaan atau kestabilan akan aturan-aturan, sehingga anak tidak akan bingung tentang apa yang diharapkan dari mereka. Bila tidak ada konsistensi maka nilai dari hukuman maupun sanksi, maka nilai dari hukuman serta hadiah dan aturan tersebut akan hilang.
Jadi, yang paling penting dari keempat faktor diasat adalah konsistensi, karena segala sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dengan konsisten akan menjadi pedoman atau aturan.

Rabu, 05 Desember 2012

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam amasyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.

Pengertian Interaksi Sosial

Homans ( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sam
 

contoh masalah sosial budaya di masyarakat..check it out


Metode Etnografi

Etnografi adalah berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphein yang berarti tulisan atau uraian. Jadi berdasarkan asal katanya, etnografi berarti tulisan tentang/ mengenai bangsa. Namun pengertian tentang etnografi tidak hanya sampai sebatas itu. Burhan Bungin ( 2008:220) mengatakan etnografi merupakan embrio dari antropologi. Artinya etnografi lahir dari antropologi di mana jika kita berbicara etnografi maka kita tidak lepas dari antropologi setidaknya kita sudah mempelajari dasar dari antropologi. Etnografi merupakan ciri khas antropologi artinya etnografi merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi ( Marzali 2005:42).

Etnografi biasanya berisikan/menceritakan tentang suku bangsa atau suatu masyarakat yang biasanya diceritakan yaitu mengenai kebudayaan suku atau masyarakat tersebut. Dalam membuat sebuah etnografi, seorang penulis etnografi (etnografer) selalu hidup atau tinggal bersama dengan masyarakat yang ditelitinya yang lamanya tidak dapat dipastikan, ada yang berbulan-bulan dan ada juga sampai bertahun-tahun. Sewaktu meneliti masyarakat seorang etnografer biasanya melakukan pendekatan secara holistik dan mendiskripsikannya secara mendalam atau menditeil untuk memproleh native’s point of view. Serta metode pengumpulan data yang digunakan biasanya wawancara mendalam ( depth interview) dan obserpasi partisipasi di mana metode pengumpulan data ini sangat sesuai dengan tujuan awal yaitu mendeskripsiakan secara mendalam.
Membuat etnografi juga merupakan hal yang wajib dilakukan uuntuk para sarjana antropologi. Seperti yang ditulis oleh Marzali (2005: 42):
“ Bagaimanapun, etnografi adalah pekerjaan tingkat awal dari seorang ahli antropologi yang propesional. Etnografi adalah satu pekerjaan inisiasi bagi yang ingin manjadi ahli antropologi professional. Seseorang tidak mungkin dapat diakui sebagai seorang ahli antropologi professional jika sebelumnya dia tidak melakukan sebuah etnografi, dan melaporkan hasil penelitiannya. Hasil penelitiannya ini harus dinilai kualitasnya…Untuk meningkat ke peringkat yang lebih tinggi maka…pekerjaan yang harus dilakukan selanjutnya adalah apa yang disebut sebagai comperative study, basik secara diakronis maupun secara sinkronis”
Jika kita membaca tulisan tersebut, terlihat penulis ingin menekankan bahwa membuat etnografi itu merupakan suatu kewajiban. Sesorang sarjana antropologi wajib menghasilkan sebuah etnografi jika belum maka seseorang tersebut belum dikatakan seorang sarjana antropologi. Namun jika sudah maka seseorang tersebut berhak untuk dikatakan seorang sarjana antropologi namun belum bisa dikatakan sebagai ahli antropologi sesungguhnya ( ahli etnologi ). Seseorang dikatakan ahli etnologi apabila seseorang tersebut melakukan pekerjaan yang lebih tinggi yaitu comparative study dalam basic diakronis maupun sinkronis.

Daftar Buku

Marzali, Amri.2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Kencana, Jakarta.
Bungin, Burhan.2008. Penelitian Kualitatif, Kencana, Jakarta.
Sumber: http://antropologi-sosial.blogspot.com/2009/09/etnografi.html

Sosiologi Pendidikan

Ilmu sosiologi pendidikan itu sendiri merupakan ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara dalam pengendalian proses pendidikan agar nantinya memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Berikut ini beberapa tujuan dari sosiologi pendidikan:

Francis Brown mengemukakan bahwa "Sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya".


L.A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, misalnya: penyelidikan tentang hubungan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah dan menengah atau meneliti fungsi sekolah berhubungan dengan struktur sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.


Disini diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang didalam sekolah dengan kelompok-kelompok diluar sekolah.


Pendidikan dianggap sebagai badan yang sanggup memperbaiki masyarakat dimana pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan sosial. Sekolah dapat dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.


Sejumlah ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif dimana mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.


Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan lalu memadukannya kedalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.


Sosiologi dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam menganalisis pendidikan, untuk memahami hubungan antar manusia didalam sekolah dan struktur masyarakat tempat sekolah itu beroperasi. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah-masalah sosial dalam pendidikan melainkan juga tujuan pendidikan, bahan kurikulum, pokok-pokok praktis, etis dan sebagainya.


 http://zhalabe.blogspot.com/2011/11/tujuan-sosiologi-pendidikan.html#.UL_3E2fiKCk

 

Jumat, 30 November 2012

Jenis-Jenis/Macam-Macam Status Sosial & Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat - Sosiologi

Definisi / pengertian dari status sosial, kelas sosial, stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya. Berikut di bawah ini adalah jenis-jenis atau macam-macam status sosial serta jenis / macam stratifikasi yang ada dalam masyarakat luas : A. Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
B. Macam-Macam / Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.
Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.

 http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-macam-status-sosial-stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi

Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli:

1. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
2. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
3. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

4. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
5. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
6. Menurut Roucek & Waren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok sosial.
7. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi adalah ilmu yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.
8. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
9. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
10. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
11. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
12. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
13. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kesimpulannya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.
Selain itu, Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.

Kamis, 22 November 2012

aguste comte

   Riwayat Hidup Comte
August Comte atau juga Aguste Comte(nama panjangnya Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir di Montpellier, Prancis. Keluarganya beragama Katolik dan berdarah bangsawan, tetapi Comte tidak memperlihatkan loyalitasnya. Dia mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris dan lama hidup disana, di mana ia mengalami suasana pergolakan sosial, intelektual, dan politik. Comte seorang mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak, yang meninggalkan Ecole sesudah seorang mahasiswa yang memberontak napoleon dipecat.
Comte memulai karir profesionalnya dengan memberi les dalam bidang matematika. Meskipun ia sudah memperoleh pendidikan dalam matematika, perhatiannya sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial. minat ini mulai berkembang di bawah pengaruh Saint Simon, yang memperkerjakan Comte sebagai sekretarisnya dan dengannya Comte menjalin kerjasama erat dalam mengembangkan karyanya sendiri. Kepribadian kedua orang ini saling melengkapi: Saint Simon seoreng yang tekun, arif, bersemangat, dan tidak disiplin, sedangkan Comte seorang yang metodis, disiplin, dan refleksif. Tetapi sesudah tujuh tahun, pasangan ini pecah karena perdebatan mengenai kepengarangan karya bersama, dan Comte lalu menolak pembimbingnya ini.
Karya Comte pada awal mula di bawah asuhan Saint Simon kelihatan sangat meyakinkan, dia memiliki kecemerlangan intelektual dan ketekunan untuk membuat dirinya sebagai seorang tokoh yang terpandang di kalangan intelektual Prancis. Sesudah hubungannya dengan Saint Simon retak, dia tetap sebagai orang luar akademi. Sebagian hal ini mungkin disebabkan sifat-sifat tertetu kepribadiannya, dia menderita gejala paranoid yang berat. Kadang-kadang kegilaannya itu diarahkan kepada teman-teman dan lawan-lawannya secara kasar. Diapun pernah dimasukkan ke rumah sakit karena menderita penyakit keranjingan (mania), dan setelah ia pulang dari rumah sakit  dia mencoba membuang diri ke sungai Seine, tetapi ia gagal merenggut nyawanya sendiri. Perasaannya juga pada saat itu sangat remuk redam pula.
Kondisi ekonomi Comte jugapas-pasan, dan hidup miskin. di akhir hayatnya, dia hidup dari pemberian orang-orang yang mengaguminya dan pengikut-pengikut agama humanitasnya.
Pergaulan Comte dengan gadis-gadis juga mendatangkan malapetaka, tetapi relevan untuk memahami evolusi dalam pemikiran Comte, khususnya perubahan dalam tekanan tahap-tahap akhir kehidupannya dari positivisme. Sementara Comte sudah mengembangkan filsafat positivismenya yang komprehensif, dia menikah dengan bekas pelacur bernama Caroline Massin, seorang yang lama menderita, yang menanggung beban emosional dan ekonomi dengan Comte. Sesudah Comte keluar dari rumah sakit, dengan sabar istrinya berusaha memenuhi kebutuhan Comte, dan merawatnya sampai sembuh meskipun tanpa penghargaan Comte serta kadang-kadang disertai perlakuan yang kasar. setelah berpisah sekian lamanya, istrinya pergi dan membiarkan dia sengsara dan gila.
Tahun 1844, dua tahun setelah  ia menyelesaikan enam jilid karyanya yang berjudul Course of Positive Philosophy, Comte bertemu dengan Clothilde de Vaux, seorang ibu yang mengubah kehidupan Comte. Dia lebih muda dari Comte, dia sedang ditinggal suaminya ketika bertemu dengan Comte. Clothilde de Vaux tidak terlalu meluap-luap seperti Comte. Walau sering berkirim surat cinta beberapa kali, Clothilde menganggap hubungan itu hanya sekedar persaudaraan saja. Romantika mereka tidak berlangsung lama, Clothilde mengidap penyakit TBC dan hanya beberapa bulan sesudah bertemu dengan Comte, dia meninggal dunia. Kehidupan Comte lalu tergoncang, dia bersumpah untuk membaktikan hidupnya untuk mengenang bidadarinya itu.
Sifat tulisan Comte umumnya berubah drastis setelah bertemu dengan Clothilde. Dia juga sudah memulai karya bagian keduanya yaitu System of Positive Politics yang merupakan suatu pernyataan menyeluruh mengenai strategi pelaksanaan praktis pemikirannya mengenai filsafat positif yang dikemukakannya sebelumnya. Namun, karya keduanya ini menjadi suatu bentuk perayaan cinta, tetapi dengan keinginan besar yang sama yakni membangun sistem menyeluruh, seperti dalam karyanya yang lebih dahulu.
Karena dimaksudkan untuk mengenang bidadarinya itu, karya Comte dalam politik positif itu didasari oleh gagasan bahwa kekuatan yang sebenarnya mendorong orang dalam kehidupannya adalah perasaan, bukan pertumbuhan intelegensi manusia yangmantap. Tujuannya adalah untuk mengembangkan  suatu agama baru, agama humanitas yang merupakan sumber-sumber utama bagi perasaan-perasaan manusia serta mengubahnya dari cinta diri dan egoism menjadi altruisme dan cinta tetapi sekaligus tidak akan membenarkan secara intelektual ajaran-ajaran agama tradisional yang bersifat supernaturalistik. Dengan kata lain, agama humanitas harus sesuai dengan standar-standar intelektual serta persyaratan positivism.
Perubahan dalam tulisan Comte membingungkan beberapa pengagumnya, perasaan dan cinta yang merugikan akal budi merupakan peenyangkalan terhadap gagasan-gagasan positivis yang disanjung-sanjungnya dalam bukunya, serta kepercayaan akan kemajuan yang mantap dari pikiran manusia, dengan janji untuk suatu masyarakat yang lebih cerah di masa yang akan datang.
Comte menjadi sedemikian otoriternya, sehingga kelihatannya ia tidak dapat membayangkan suatu masyarakat positivis yang cerah akan muncul tanpa dia. Untuk mengimbangi berkurangnya dukungan intelektual dari para pengagumnya, akhirnya dia beralih ke masyarakat luas dan pelbagai pimpinan politik. Dia kemudian menulis buku berjudul Positivist Catechism untuk wanita dan pekerja, dan sebuah lagi berjudul Appeal to Conservatives untuk pemimpin-pemimpin politik. Comte berharap nbahwa ahli sosiologi lainnya akan mengikuti bimbingannya dengan berperan sebagai penjaga-penjaga moral dan imam-imam, dengan memberikan pengarahan pada pemimpin-pemimpin industri, serta meningkatkan rasa keterarahan kepadayang lain dan penyaturasaan dengan humanitas. Inilah gagasan Comte di tahun 1857 pada saat dia mendapat serangan kanker dan meninggal.
Untuk mengerti tempat Comte dalam sejarah pemikiran dan berdirinya disiplin sosiologi, perlu memahami suasana soial dan politik di tahun-tahun sesudah Revolusi Prancis. Banyak kaum intelektual yang mewarisi kepercayaan akan akal budi serta kemajuan di masa pencerahan abad ke-18 yang optimis, khususnya dimasa awal revolusi itu. Pergolakan serta kehancuran yang ditimbulkan revolusi itu hanyalah awal dari suatu masyarakat baru yang akan didasarkan pada prinsip-prinsip hokum alam mengenai persamaan dan kebebasan.
Sumbangan kreatif yang khas dari Comte terhadap sosiologi dilihat Martindale sebagai dua prespektif yang saling bertentangan mengenai keteraturan social: positivisme dan oraganisme.
   Hukum Tiga Tahap
Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dari primitive sampai ke peradaban Prancis abad kesembilan belas yang sangat maju. Hukum ini, yang  mungkin paling terkenal dari gagasan-gagasan teoritis pokok Comte, tidak lagi diterima sebagai suatu penjelasan mengenai perubahan sejarah secara memadai. Juga terlalu luas dan umum sehinggatidak dapat benar-benar tunduk pada pengujian empiris secara teliti, yang menurut Comte harus ada untuk membentuk hukum-hukum sosiologi.
Hukum tiga tahap ini menyatakan bahwa masyarakat-masyarakat(atau umat manusia) berkembang melalui tiga tahap utama, yaitu:
1.      Tahap teologis
Merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia, dan untuk analisa yang lebih terperinci, Comte mebaginya ke dalam periode fetisisme, politeisme, dan monoteisme.
2.      Tahap metafisik
Merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positif. Tahap ini ditandai oleh suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan oleh akal budi.
3.      Tahap positif
Ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir