Definisi
/ pengertian dari status sosial, kelas sosial, stratifikasi sosial dan
diferensiasi sosial telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya. Berikut
di bawah ini adalah jenis-jenis atau macam-macam status sosial serta
jenis / macam stratifikasi yang ada dalam masyarakat luas :
A. Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti
jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain
sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja
keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti
harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam
lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan
karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang
yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
B. Macam-Macam / Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota
masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial
yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di
India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat
biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin
bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap
anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata /
tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.
Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan
sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah
penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya
sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah,
kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia
mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang
tinggi.
http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-macam-status-sosial-stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi
Jumat, 30 November 2012
Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli
Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli:
1. Emile DurkheimSosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
2. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
3. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
4. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
5. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
6. Menurut Roucek & Waren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok sosial.
7. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi adalah ilmu yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.
8. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
9. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
10. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
11. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
12. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
13. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kesimpulannya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.
Selain itu, Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.
Kamis, 22 November 2012
aguste comte
Riwayat Hidup Comte
August Comte atau juga Aguste Comte(nama
panjangnya Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir di Montpellier,
Prancis. Keluarganya beragama Katolik dan
berdarah bangsawan, tetapi Comte tidak memperlihatkan loyalitasnya. Dia
mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris dan lama hidup disana, di
mana ia mengalami suasana pergolakan sosial, intelektual, dan politik. Comte
seorang mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak, yang meninggalkan
Ecole sesudah seorang mahasiswa yang memberontak napoleon dipecat.
Comte memulai karir profesionalnya dengan memberi les dalam bidang
matematika. Meskipun ia sudah memperoleh pendidikan dalam matematika,
perhatiannya sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial.
minat ini mulai berkembang di bawah pengaruh Saint Simon, yang memperkerjakan
Comte sebagai sekretarisnya dan dengannya Comte menjalin kerjasama erat dalam
mengembangkan karyanya sendiri. Kepribadian kedua orang ini saling melengkapi:
Saint Simon seoreng yang tekun, arif, bersemangat, dan tidak disiplin,
sedangkan Comte seorang yang metodis, disiplin, dan refleksif. Tetapi sesudah
tujuh tahun, pasangan ini pecah karena perdebatan mengenai kepengarangan karya
bersama, dan Comte lalu menolak pembimbingnya ini.
Karya Comte pada awal mula di bawah asuhan Saint Simon kelihatan
sangat meyakinkan, dia memiliki kecemerlangan intelektual dan ketekunan untuk
membuat dirinya sebagai seorang tokoh yang terpandang di kalangan intelektual
Prancis. Sesudah hubungannya dengan Saint Simon retak, dia tetap sebagai orang
luar akademi. Sebagian hal ini mungkin disebabkan sifat-sifat tertetu
kepribadiannya, dia menderita gejala paranoid yang berat. Kadang-kadang
kegilaannya itu diarahkan kepada teman-teman dan lawan-lawannya secara kasar.
Diapun pernah dimasukkan ke rumah sakit karena menderita penyakit keranjingan
(mania), dan setelah ia pulang dari rumah sakit
dia mencoba membuang diri ke sungai Seine, tetapi ia gagal merenggut
nyawanya sendiri. Perasaannya juga pada saat itu sangat remuk redam pula.
Kondisi ekonomi Comte jugapas-pasan, dan hidup miskin. di akhir
hayatnya, dia hidup dari pemberian orang-orang yang mengaguminya dan
pengikut-pengikut agama humanitasnya.
Pergaulan Comte dengan gadis-gadis juga mendatangkan malapetaka,
tetapi relevan untuk memahami evolusi dalam pemikiran Comte, khususnya
perubahan dalam tekanan tahap-tahap akhir kehidupannya dari positivisme.
Sementara Comte sudah mengembangkan filsafat positivismenya yang komprehensif,
dia menikah dengan bekas pelacur bernama Caroline Massin, seorang yang lama
menderita, yang menanggung beban emosional dan ekonomi dengan Comte. Sesudah
Comte keluar dari rumah sakit, dengan sabar istrinya berusaha memenuhi
kebutuhan Comte, dan merawatnya sampai sembuh meskipun tanpa penghargaan Comte
serta kadang-kadang disertai perlakuan yang kasar. setelah berpisah sekian
lamanya, istrinya pergi dan membiarkan dia sengsara dan gila.
Tahun
1844, dua tahun setelah ia menyelesaikan
enam jilid karyanya yang berjudul Course of Positive Philosophy, Comte bertemu
dengan Clothilde de Vaux, seorang ibu yang mengubah kehidupan Comte. Dia lebih
muda dari Comte, dia sedang ditinggal suaminya ketika bertemu dengan Comte.
Clothilde de Vaux tidak terlalu meluap-luap seperti Comte. Walau sering berkirim
surat cinta beberapa kali, Clothilde menganggap hubungan itu hanya sekedar
persaudaraan saja. Romantika mereka tidak berlangsung lama, Clothilde mengidap
penyakit TBC dan hanya beberapa bulan sesudah bertemu dengan Comte, dia
meninggal dunia. Kehidupan Comte lalu tergoncang, dia bersumpah untuk
membaktikan hidupnya untuk mengenang bidadarinya itu.
Sifat tulisan Comte umumnya berubah drastis setelah bertemu dengan
Clothilde. Dia juga sudah memulai karya bagian keduanya yaitu System of
Positive Politics yang merupakan suatu pernyataan menyeluruh mengenai strategi
pelaksanaan praktis pemikirannya mengenai filsafat positif yang dikemukakannya
sebelumnya. Namun, karya keduanya ini menjadi suatu bentuk perayaan cinta,
tetapi dengan keinginan besar yang sama yakni membangun sistem
menyeluruh, seperti dalam karyanya yang lebih dahulu.
Karena dimaksudkan untuk mengenang bidadarinya itu, karya Comte
dalam politik positif itu didasari oleh gagasan bahwa kekuatan yang sebenarnya
mendorong orang dalam kehidupannya adalah perasaan, bukan pertumbuhan
intelegensi manusia yangmantap. Tujuannya adalah untuk mengembangkan suatu agama baru, agama humanitas yang
merupakan sumber-sumber utama bagi perasaan-perasaan manusia serta mengubahnya
dari cinta diri dan egoism menjadi altruisme dan cinta tetapi sekaligus tidak
akan membenarkan secara intelektual ajaran-ajaran agama tradisional yang
bersifat supernaturalistik. Dengan kata lain, agama humanitas harus sesuai
dengan standar-standar intelektual serta persyaratan positivism.
Perubahan
dalam tulisan Comte membingungkan beberapa pengagumnya, perasaan dan cinta yang
merugikan akal budi merupakan peenyangkalan terhadap gagasan-gagasan positivis yang
disanjung-sanjungnya dalam bukunya, serta kepercayaan akan kemajuan yang mantap
dari pikiran manusia, dengan janji untuk suatu masyarakat yang lebih cerah di
masa yang akan datang.
Comte menjadi sedemikian otoriternya, sehingga kelihatannya ia
tidak dapat membayangkan suatu masyarakat positivis yang cerah akan muncul
tanpa dia. Untuk mengimbangi berkurangnya dukungan
intelektual dari para pengagumnya, akhirnya dia beralih ke masyarakat luas dan
pelbagai pimpinan politik. Dia kemudian menulis buku berjudul Positivist
Catechism untuk wanita dan pekerja, dan sebuah lagi berjudul Appeal to Conservatives
untuk pemimpin-pemimpin politik. Comte berharap nbahwa ahli sosiologi lainnya
akan mengikuti bimbingannya dengan berperan sebagai penjaga-penjaga moral dan
imam-imam, dengan memberikan pengarahan pada pemimpin-pemimpin industri,
serta meningkatkan rasa keterarahan kepadayang lain dan penyaturasaan dengan
humanitas. Inilah gagasan Comte di tahun 1857 pada saat dia mendapat serangan
kanker dan meninggal.
Untuk mengerti tempat Comte dalam sejarah pemikiran dan berdirinya
disiplin sosiologi, perlu memahami suasana soial dan politik di tahun-tahun
sesudah Revolusi Prancis. Banyak kaum intelektual yang mewarisi kepercayaan
akan akal budi serta kemajuan di masa pencerahan abad ke-18 yang optimis,
khususnya dimasa awal revolusi itu. Pergolakan serta kehancuran yang
ditimbulkan revolusi itu hanyalah awal dari suatu masyarakat baru yang akan
didasarkan pada prinsip-prinsip hokum alam mengenai persamaan dan kebebasan.
Sumbangan kreatif yang khas dari Comte terhadap sosiologi dilihat
Martindale sebagai dua prespektif yang saling bertentangan mengenai keteraturan
social: positivisme dan oraganisme.
Hukum Tiga Tahap
Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan
evolusioner umat manusia dari primitive sampai ke peradaban Prancis abad
kesembilan belas yang sangat maju. Hukum ini, yang mungkin paling terkenal dari gagasan-gagasan
teoritis pokok Comte, tidak lagi diterima sebagai suatu penjelasan mengenai
perubahan sejarah secara memadai. Juga terlalu luas dan umum sehinggatidak
dapat benar-benar tunduk pada pengujian empiris secara teliti, yang menurut
Comte harus ada untuk membentuk hukum-hukum sosiologi.
Hukum tiga tahap ini menyatakan bahwa masyarakat-masyarakat(atau
umat manusia) berkembang melalui tiga tahap utama, yaitu:
1.
Tahap teologis
Merupakan
periode yang paling lama dalam sejarah manusia, dan untuk analisa yang lebih
terperinci, Comte mebaginya ke dalam periode fetisisme, politeisme, dan
monoteisme.
2.
Tahap metafisik
Merupakan
tahap transisi antara tahap teologis dan positif. Tahap ini ditandai
oleh suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan
oleh akal budi.
3.
Tahap positif
Ditandai
oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir
Langganan:
Postingan (Atom)