Selasa, 08 Januari 2013
Selasa, 01 Januari 2013
Upacara Adat Jawa Tengah
KENDUREN
Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat.
Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat.
Carikan/ berkat
Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah
meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya,kenduren itu
sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain :
* kenduren wetonan ( wedalan ) Di
namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir (
weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga,
biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau
di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara
rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya
berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng,
dan srundeng. tidak ada ingkung nya ( ayam panggang ).
* Kenduren Sabanan ( Munggahan )
Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaik kan para leluhur. Di
lakukan pada bulan Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di
Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang adatnya masih sama, seperti
desa peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan
upacara ini, biasanya di lakukan ritual nyekar, atau tilik bahasa
watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan arwahnya,
biasanya yang di bawa adalah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari
mancung ). Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya oleh
masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu
di di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian
dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan,
yaitu disini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).
* Kenduren Likuran Kenduren ini di
laksanakan pada tanggal 21 bulan pasa ( ramadan ), yang di maksudkan
untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam kenduren ini biasanya di
lakukan dalam lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua adat, atau sesepuh di
setiap RT. dalam kenduren ini, warga yang datang membawa makanan dari
rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh (
biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan.
* Kenduren Badan ( Lebaran )/ mudunan
Kenduren ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1
sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti kenduren Likuran,hanya
tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur. TYang membedakan
hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan nyekar ke
makam luhur dari masing2 keluarga.
* Kenduren Ujar/tujuan tertentu
Kenduren ini di lakukan oleh keluarga tertentu yang punya maksud atau
tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong. Sebelum kenduren ini
biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu. dan menu
wajibnya, harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya
banyak di lakukan pada bulan Suro ( muharram ).
* Kenduren Muludan Kenduren ini di
lakukan pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti kenduren likuran, di
lakukan di tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah masing-
masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual mbeleh wedus ( motong
kambing ) yang kemudian di masak sebagai becek dalam bahasa watulawang (
gulai ).
GREBEG (Solo)
Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali
dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas
bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh)
dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari hari
tersebut raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur
kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan
Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan kakung
dan gunungan estri (lelaki dan perempuan).
Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut
terpancung dengan ujung sebelah atas agak membulat. Sebagian besar
gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau
yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa
perlengkapan makanan kering lainnya. Di sisi kanan dan kirinya dipasangi
rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran kecil. Gunungan estri
berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga.
Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras
maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing. Gunungan ini
juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.
SEKATEN
Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan
yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal-usul upacara ini sejak
kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari
kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari
istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan
keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai
Guntursari, dari keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung
Surakarta. Selama enam hari, mulai hari keenam sampai kesebelas bulan
Mulud dalam kalender Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut
dimainkan/dibunyikan (Jw: ditabuh) menandai perayaan sekaten. Akhirnya
pada hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud. Saat
ini selain upacara tradisi seperti itu juga diselenggarakan suatu pasar
malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang
sesungguhnya.
Langganan:
Postingan (Atom)