Selasa, 01 Januari 2013

Upacara Adat Jawa Tengah

KENDUREN
Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat.
Carikan/ berkat
Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya,kenduren itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain :
* kenduren wetonan ( wedalan ) Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung nya ( ayam panggang ).
* Kenduren Sabanan ( Munggahan ) Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaik kan para leluhur. Di lakukan pada bulan Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang adatnya masih sama, seperti desa peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini, biasanya di lakukan ritual nyekar, atau tilik bahasa watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan arwahnya, biasanya yang di bawa adalah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari mancung ). Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu di di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan, yaitu disini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).
* Kenduren Likuran Kenduren ini di laksanakan pada tanggal 21 bulan pasa ( ramadan ), yang di maksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam kenduren ini biasanya di lakukan dalam lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam kenduren ini, warga yang datang membawa makanan dari rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh ( biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan.
* Kenduren Badan ( Lebaran )/ mudunan Kenduren ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti kenduren Likuran,hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur. TYang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan nyekar ke makam luhur dari masing2 keluarga.
* Kenduren Ujar/tujuan tertentu Kenduren ini di lakukan oleh keluarga tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong. Sebelum kenduren ini biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu. dan menu wajibnya, harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya banyak di lakukan pada bulan Suro ( muharram ).
* Kenduren Muludan Kenduren ini di lakukan pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti kenduren likuran, di lakukan di tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah masing- masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual mbeleh wedus ( motong kambing ) yang kemudian di masak sebagai becek dalam bahasa watulawang ( gulai ).



GREBEG (Solo)
Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari hari tersebut raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan).
Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak membulat. Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa perlengkapan makanan kering lainnya. Di sisi kanan dan kirinya dipasangi rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran kecil. Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing. Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.



SEKATEN
Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal-usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari, dari keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung Surakarta. Selama enam hari, mulai hari keenam sampai kesebelas bulan Mulud dalam kalender Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (Jw: ditabuh) menandai perayaan sekaten. Akhirnya pada hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud. Saat ini selain upacara tradisi seperti itu juga diselenggarakan suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya.

Sabtu, 22 Desember 2012

PROSES SOSIALISASI


Sosialisasi merupakan proses transmisi kebudayaan antargenerasi, karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak dapat bertahan melebihi satu generasi. Syarat terjadinya proses sosialisasi adalah interaksi sosial, karena tanpa interaksi proses sosialisasi tidak mungkin berlangsung. Proses sosialisasi individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.
Individu merupakan makhluk biologis yang memerlukan kebutuhan biologis seperti makan bila lapar, minum bila haus, dan bereaksi terhadap rangsang tertentu seperti panas, dingin, lain sebagainya. Setelah berinteraksi dengan individu lain yang berada disekitarnya, atau dengan kata lain, setelah mengalami proses sosialisasi barulah individu tadi dapat berkembang menjadi makhluk sosial.
Individu dapat menjadi makhluk sosial dipengaruhi oleh faktor keturunan (heredity) atau alam (nature) dan faktor lingkungan (environment) atau asuhan (mature). Kedua faktor ini sama pentingnya dan saling melengkapi satu sama lain.
Agen sosialisasi merupakan significant others (orang yang paling dekat) dengan individu, seperti orang tua, kakak-adik, saudara, teman sebaya, guru atau instruktur, dan lain sebagainya.
Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yakni:
  1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil (membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum)
  2. Sosialisasi sekunder, sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.
Dalam sosialisasi sekunder biasanya terdapat agen sosialisasi di luar keluarga yang menanamkan nilai-nilai yang berbeda dengan nilai yang ada dalam keluarga, bahkan kadang bertentangan. Situasi tersebut biasanya mengakibatkan proses yang disebut desosialisasi (proses pencabutan diri) yang disusul dengan resosialisasi (diri yang baru). Desosialisasi dan resosialisasi sering dikaitkan dengan proses yang dinamakan institusi sosial.
Bentuk sosialisasi sekunder lainnya adalah anticipatory socialization yang mempersiapkan seseorang untuk peranan yang baru. Sosialisasi ini mendahului perubahan status dari suatu kelompok ke kelompok lain, dan hal ini juga dialami seseorangketika ia akan memasuki kelompok acuannya (reference group).
Sosialisasi sebagai suatu proses
Charles Horton Cooley memperkenalkan konsep “looking glass self”, dimana senantiasa dalam individu terjadi suatu proses yang ditandai dengan:
  1. Persepsi
  2. Interpretasi
  3. Respons
Berbeda dengan Cooley, Herbert Mead berpendapat bahwa orang yang memiliki ‘self’ dijumpai pada penguasa bahasanya. Kemampuan untuk menganggap diri sebagai objek dan subjek secara sekaligus ini diperoleh dalam tahap:
  1. Play stage (anak mengembangkan kemampuannya sendiri)
  2. Game stage (anak harus mengetahui posisinya dalam konteks yang lebih luas dan memberikan tanggapan terhadap harapan orang lain)
Mead mengemukakan gagasan bahwa SELF (diri) mempunyai dua komponen, yaitu I (faktor yang khas), dan ME (tanggapan pada konvensi sosial).
  1. Generalized others
Sosialisasi pengalaman sepanjang hidup
George Ritzer membagi siklus kehidupan manusia menjadi empat tahap, yaitu:
  1. Masa kanak-kanak
Kewajiban orang tua pada tahap ini adalah membentuk kepribadian anak-anaknya. Proses sosialisasi pada tahap ini digambarkan melalui kerangka A-G-I-L (Adaptation, Goal Attainment, Integration dan Latten Pattern) yang diperkenalkan oleh talcott parsons.
  1. Masa Remaja
Merupakan masa transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
  1. Masa dewasa
Sosialisasi dimana individu mempelajari norma, nilai, dan peranan yang baru di lingkungan sosialisasi yang baru. Sosialisasi dalam tahap ini memotivasi individu untuk bekerja, mencari pasangan hidupnya dalam perkawinan dan mempunyai anak sebagaimana layaknya orang dewasa.
  1. Masa tua dan menuju kematian
Ketika seseorang berada di usia lanjut, mereka diperlakukan seperti anak kecil sampai akhirnya seorang individu yang sangat tua diperlakukan sebagai non-person seperti anak kecil yang seolah-olah mereka tidak ada.
Tahap yang paling akhir dalam siklus kehidupan manusia adalah kematian yang biasanya dilakukan secara tidak sadar seperti menghadiri pemakaman, karena apa yang terjadi di pemakaman sedikit banyak memberikan nilai-nilai baru yang akan menjadi bagian dari diri seseorang.


Sosialisasi peran menurut jenis kelamin (gender-role socialization)
Orang tua dalam membedakan perlakuannya terhadap anak laki-laki dan anak perempuan dapat dijelaskan melalui tiga teori (Maccoby dan Jacklin dalam Scanzoni):
  1. Teori imitasi
Mengenai identifikasi awal anak terhadap anggota keluarga yang jenis kelaminnya sama dengannya
  1. Self-socialization
Mengembangkan konsep tentang dirinya dan mengembangkan suatu pengertian tentang apa yang harus dilakukan bagi jenis kelamin yang bersangkutan.
  1. Teori reinforcement
Menekankan sanksi berupa hukuman atau penghargaan agar anak bertingkahlaku sesuai jenis kelaminnya.
Pengaruh perbedaan kelas sosial terhadap sosialisasi anak dalam keluarga
Pola sosialisasi dalam keluarga menurut Bronfenbrenner dan Melvin Kohn:
  1. Sosialisasi dengan cara represif (repressive socialization)
Menekankan pada ketaatan, adanya sanksi berupa hukuman untuk perilaku yang salah dan penghargaan untuk perilaku yang baik.
  1. Sosialisasi dengan cara partisipasi (participatory socialization)
Orang tua memperhatikan keperluan sang anak.
Ada juga pola sosialisasi yang digunakan oleh orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak-anaknya (Elizabeth B Hurlock):
  1. Otoriter
Orang tua memiliki kaidah dan peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya.
  1. Demokrasi
Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri.
  1. Permisif
Orang tua bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak, dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua memilih menggunakan pola tertentu:
  1. Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang tua mereka
  2. Menyamakan pola sosialisasi yang dianggap paling baik oleh masyarakat disekitarnya
  3. Usia dari orang tua
  4. Kursus-kursus
  5. Jenis kelamin orang tua
  6. Status sosial ekonomi
  7. Konsep peranan orang tua
  8. Jenis kelamin anak
  9. Usia anak
  10. Kondisi anak
Empat aspek terkait yang perlu diperhatikan agar tujuan pendidikan untuk penanaman nilai-nilai dalamm proses sosialisasi tercapai, yakni:
  1. Peraturan
Tujuannya untuk membekali anak melalui suatu pedoman bertingkahlaku benar.
  1. Hukuman
Tiga peranan penting hukuman adalah:
  1. Bersifat membatasi
  2. Sebagai pendidikan
  3. Sebagai motivasi
  1. Hadiah atau penghargaan
Dua peranan penting adanya suatau hadiah:
  1. Mendapat pendidikan yang berharga dimana anak akan mengetahui yang dilakukan itu benar
  2. Memberikan motivasi untuk mengulangi tingkah laku yang benar di kemudian hari
  1. Konsistensi
Hal ini berarti derajat kesamaan atau kestabilan akan aturan-aturan, sehingga anak tidak akan bingung tentang apa yang diharapkan dari mereka. Bila tidak ada konsistensi maka nilai dari hukuman maupun sanksi, maka nilai dari hukuman serta hadiah dan aturan tersebut akan hilang.
Jadi, yang paling penting dari keempat faktor diasat adalah konsistensi, karena segala sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dengan konsisten akan menjadi pedoman atau aturan.

Rabu, 05 Desember 2012

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam amasyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.

Pengertian Interaksi Sosial

Homans ( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sam
 

contoh masalah sosial budaya di masyarakat..check it out


Metode Etnografi

Etnografi adalah berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphein yang berarti tulisan atau uraian. Jadi berdasarkan asal katanya, etnografi berarti tulisan tentang/ mengenai bangsa. Namun pengertian tentang etnografi tidak hanya sampai sebatas itu. Burhan Bungin ( 2008:220) mengatakan etnografi merupakan embrio dari antropologi. Artinya etnografi lahir dari antropologi di mana jika kita berbicara etnografi maka kita tidak lepas dari antropologi setidaknya kita sudah mempelajari dasar dari antropologi. Etnografi merupakan ciri khas antropologi artinya etnografi merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi ( Marzali 2005:42).

Etnografi biasanya berisikan/menceritakan tentang suku bangsa atau suatu masyarakat yang biasanya diceritakan yaitu mengenai kebudayaan suku atau masyarakat tersebut. Dalam membuat sebuah etnografi, seorang penulis etnografi (etnografer) selalu hidup atau tinggal bersama dengan masyarakat yang ditelitinya yang lamanya tidak dapat dipastikan, ada yang berbulan-bulan dan ada juga sampai bertahun-tahun. Sewaktu meneliti masyarakat seorang etnografer biasanya melakukan pendekatan secara holistik dan mendiskripsikannya secara mendalam atau menditeil untuk memproleh native’s point of view. Serta metode pengumpulan data yang digunakan biasanya wawancara mendalam ( depth interview) dan obserpasi partisipasi di mana metode pengumpulan data ini sangat sesuai dengan tujuan awal yaitu mendeskripsiakan secara mendalam.
Membuat etnografi juga merupakan hal yang wajib dilakukan uuntuk para sarjana antropologi. Seperti yang ditulis oleh Marzali (2005: 42):
“ Bagaimanapun, etnografi adalah pekerjaan tingkat awal dari seorang ahli antropologi yang propesional. Etnografi adalah satu pekerjaan inisiasi bagi yang ingin manjadi ahli antropologi professional. Seseorang tidak mungkin dapat diakui sebagai seorang ahli antropologi professional jika sebelumnya dia tidak melakukan sebuah etnografi, dan melaporkan hasil penelitiannya. Hasil penelitiannya ini harus dinilai kualitasnya…Untuk meningkat ke peringkat yang lebih tinggi maka…pekerjaan yang harus dilakukan selanjutnya adalah apa yang disebut sebagai comperative study, basik secara diakronis maupun secara sinkronis”
Jika kita membaca tulisan tersebut, terlihat penulis ingin menekankan bahwa membuat etnografi itu merupakan suatu kewajiban. Sesorang sarjana antropologi wajib menghasilkan sebuah etnografi jika belum maka seseorang tersebut belum dikatakan seorang sarjana antropologi. Namun jika sudah maka seseorang tersebut berhak untuk dikatakan seorang sarjana antropologi namun belum bisa dikatakan sebagai ahli antropologi sesungguhnya ( ahli etnologi ). Seseorang dikatakan ahli etnologi apabila seseorang tersebut melakukan pekerjaan yang lebih tinggi yaitu comparative study dalam basic diakronis maupun sinkronis.

Daftar Buku

Marzali, Amri.2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Kencana, Jakarta.
Bungin, Burhan.2008. Penelitian Kualitatif, Kencana, Jakarta.
Sumber: http://antropologi-sosial.blogspot.com/2009/09/etnografi.html

Sosiologi Pendidikan

Ilmu sosiologi pendidikan itu sendiri merupakan ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara dalam pengendalian proses pendidikan agar nantinya memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Berikut ini beberapa tujuan dari sosiologi pendidikan:

Francis Brown mengemukakan bahwa "Sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya".


L.A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, misalnya: penyelidikan tentang hubungan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah dan menengah atau meneliti fungsi sekolah berhubungan dengan struktur sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.


Disini diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang didalam sekolah dengan kelompok-kelompok diluar sekolah.


Pendidikan dianggap sebagai badan yang sanggup memperbaiki masyarakat dimana pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan sosial. Sekolah dapat dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.


Sejumlah ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif dimana mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.


Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan lalu memadukannya kedalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.


Sosiologi dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam menganalisis pendidikan, untuk memahami hubungan antar manusia didalam sekolah dan struktur masyarakat tempat sekolah itu beroperasi. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah-masalah sosial dalam pendidikan melainkan juga tujuan pendidikan, bahan kurikulum, pokok-pokok praktis, etis dan sebagainya.


 http://zhalabe.blogspot.com/2011/11/tujuan-sosiologi-pendidikan.html#.UL_3E2fiKCk